5/08/2014

Lagi Haid, tapi gak mau jauh dari Al-Qur'an....nah

Sudah menjadi fitrah bagi wanita setiap bulannya kedatangan 'tamu' penting. Nah 'tamu' penting yang bernama haid ini terkadang dipandang negatif karena jika dia datang karena beberapa amalan ibadah haram hukumnya jika dilakukan pada saat haidh, antara lain sholat, puasa, jima' dan thawaf. bagaimana dengan interaksi dengan Al-Qur'an saat haidh?, apakah haram hukumnya?. 

Sebenarnya masalah ini merupakan masalah khilafiyah di kalangan para imam dan para ulama. Sebagian kecil dari mereka mengharamkan membaca Al-Qur'an bagi muslimah yang sedang haidh. Namun Jumhur ulama berpendapat bahwa muslimah yang sedang haid boleh membaca Al-Qur'an. 


Hukum asal membaca Al-Qur'an sendiri  adalah dibolehkan asal tetap menjaga adab dan kesucian untuk memuliakan Al-Qur'an.

      Allah Ta’ala berfirman:

   “Sesungguhnya Al-Qur'an itu adalah bacaan yang sangat mulia, pada kitab yang       terpelihara (Lauhul Mahfudz), tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang         disucikan,” (Al-Waqi’ah: 77-79).

    Dan Rasulullah beersabda:

   “Janganlah kamu menyentuh Al-Qur'an kecuali kamu dalam keadaan suci dari            hadats,” (HR Ad-Daruquthni: 1/23, hadist shahih).

Adapun dijelaskan dalam satu riwayat bahwa Rasulullah tidak membaca Al-Quran dalam keadaan junub  

    Dijelaskan dalam satu riwayat. Dari Ali, ia berkata, “Rasulullah SAW selalu       membacakan Al-Qur'an kepada kami dalam segala keadaan selama beliau tidak         dalam keadaan junub.” (HR Tirmizi dan Ahmad). 

    Dalam riwayat lain disebutkan, “dari Ali ra bahwa tidak ada yang menghalangi     Rasulullah SAW dari membaca Al-Qur'an, kecuali beliau dalam keadaan junub.”       (HR Ahmad, Ibnu Majah, Abu Daud, al-Nasa’i, al-Hakim, dan Ibnu Hibban).

     Hadits lain dari Ali bin Abi Thalib Radhiallahu ‘Anhu,

أنه لا يحجزه شيء عن القرأءة إلا الجنابة

     “Bahwasanya tidak ada suatu pun yang menghalanginya dari membaca Al-Qur'an        kecuali junub.”(HR. Ibnu Majah No. 594)

namun tidak ditemukan dalil kuat yang melarang muslimah yang sedang haid membaca Al-Qur'an (dalil-dalil yang merujuk permasalahan mengharamkan membaca Al-Qur'an pada saat haid kebanyakan dhaif dan lemah). Menganalogikan haid dengan junub juga adalah suatu analogi yang jauh ( qiyas ma’a al-fariq) karena seorang yang sedang junub bisa dengan segera menghilangkan junubnya dengan segera mandi dan ia harus melakukan itu agar bisa menunaikan shalat sedangkan wanita yang se dang haid harus menunggu sampai haidnya berhenti terlebih dulu yang terkadang memakan waktu berhari-hari. Melarang muslimah yang sedang haid untuk membaca Al-Qur'an  akan menghalangi mereka mendapatkan pahala tilawah Alquran dalam jangka waktu yang lama dan mungkin juga akan menyebabkan mereka lupa akan hafalan Alquran. hal tersebut berlaku jika  perlu membaca Alquran untuk belajar dan mengajar.

    Bahkan, Ibnu Taimiyyah dan sebagian ulama Mazhab Maliki berpendapat bahwa         wanita yang sedang haid boleh menyentuh mushaf Al-Qur'an jika dalam keadaan       mendesak, seperti untuk menghafal agar tidak lupa atau untuk belajar dan         mengajar. 

   Ulama  Al Lajnah Ad Daimah lil Ifta' berkata :' Bagi wanita haid boleh membaca    Al-Qur'an dengan hafalan tanpa memegang mushaf secara langsung, dikarenakan      ada sebaba yang mengharuskan untuk membaca agar tidak lupa dengan hafalannya"    (Fatwa Al Lajnah Ad Daimah: 4/232)

   Syikh bin Baz Rahimahulloh berkata: "bagi wanita haid dan nifas boleh membaca    Al-Qur'an dengan hadfalan, karena jangka waktu keduanya lama (dikhawatirkan      lupa), dan sedangkan diqiyaskan dengan junub itu kurang tepat, maka dari itu      bagi seorang murid tidak mengapa membaca Al-Qur'an, begitu juga pengajar          ketika ujian maupun tidak. Membaca hafalan tanpa memegang mushaf, tetapi jika    mengharuskan keduanya memegang mushaf maka tidak mengapa dengan syarat            menyentuhnya dengan alas" (majmu' fatawa ibn baz: 6/360).

   Syaikh ibn utsaimin rahimahulloh berkata: "bagi wanita haid dibolehkan membaca    Al-Qur'an baik dengan tafsir maupun bukan tafsir jika dikhawatirkan hafalannya    lupa. Jika membaca dengan tafsir tidak disyaratkan dalam keadaan suci, tapi      jika mmebacanya bukan dengan tafsir (mushaf) maka hendaklah antara dia dan        mushaf ada alas (pembatas) seperti sapu tangan, sarung tangan atau sejenisnya,    karena wanita yang sedang haid dan begitu juga orang yang belum suci tidak        diperbolehkan baginya menyentuh mushaf" (fatwa nuur 'ala Ad darb, Ibn            'Utsaimin 27/1/123)


Berdasarkan hal itu maka dibolehkan bagi murid yang sedang haid untuk menghafal Al-Qur'an meskipun ia dalam keadaan haid karena ini adalah keadaan yang mendesak. Namun, untuk keluar dari perbedaan pendapat ulama maka sebaiknya  tidak menyentuh mushaf atau  jika menyentuh harus ada penghalang sehingga ia tidak menyentuh mushaf itu secara langsung. 


Sumber :

http://muhammadsurya.wordpress.com/2008/07/29/wanita-haid-atau-orang-junub-membaca-al-quran/

http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/fatwa/13/01/23/mh2fy9-menghafal-alquran-ketika-haid-bolehkah

http://www.nurulhikmahciputat.com/2013/12/bolehkah-wanita-haidh-membaca-al-quran.html#comments

http://www.ustadzfarid.com/2011/08/apakah-orang-berhadast-boleh-membaca-al.html