6/14/2012

Anak Jalanan, sebenarnya tanggung jawab siapa?( Part 1)

Banyak hal yang membuat terheran-heran atau berdecak kagum, atau mengkin lebih tepatnya kaget yang akhirnya berujung pada keprihatinan saat menginjakkan kaki di ibukota jakarta. Salah satu yang menarik untuk diperhatikan adalah keberadaan anak jalanan yang sangat berlimpah jumlahnya. Hampir disetiap sudut kota ini, di semua jalan-jalan arteri, ada saja terlihat satu, dua bahkan bergerombol makhluk-makhluk kecil yang terkesan lusuh, kucel dan jauh berbeda kondisinya dengan anak-anak rumahan yang sebaya dengan mereka. Berbekal alat mencari uang seadanya, ukulele (gitar kecil berdawai empat) atau mungkin yang biasa kita lihat krecekan yang terbuat dari tutup botol yang dipaku rapi diatas sepapan kecil kayu.

Kalau diamat-amati dengan cermat terlihat cahaya kekanak-kanakan mereka seperti telah memudar entah kemana beriringan dengan gelak tawa khas masa kecil yang renyah didengar. Yang ada hanya rasa lelah yang terpancar di wajah mereka, seperti ada beban hidup yang sudah mendesak keluar sisi kedewasaan mereka sebelum waktunya.

Karena Mereka Masih Polos

Pernah suatu ketika, saat pulang dari  kampus ada seorang anak lelaki yang sampai berani menarik tas saya, memaksa agar memberikan uang padanya. kejadian itu sampai sekarang masih membuat trauma kadang-kadang jika bertemu dengan anak jalanan. Apa sih yang sebenarnya ada di benak mereka tentang uang sampai-sampai mereka memutuskan untuk terjun ke jalan terkadang sampai melakukan tindakan anarkis?. lalu dimana tanggung jawab orang tua mereka?

Saya yakin, semua orang tua di dunia ini, di lubuk hati mereka yang paling dalam ingin anak-anaknya hidup bahagia, serba kecukupan dalam hal materi maupun psikologis, tapi inilah hidup ada alur yang tak sejalan dengan harapan.  Menurut Suyanto, faktor penyebab terjerumusnya seorang anak menjadi anak jalanan  dibagi menjadi sua hal, antara lain:

1. faktor  ekonomi,  kemiskinan memaksa seorang anak  memikul beban ekonomi keluarga yang seharusnya menjadi tanggung jawab orang tua. Tidak terpenuhinya kebutuhan ekonomi seorang anak dari pihak keluarga, menyebabkan mereka terpaksa harus memenuihi kebutuhan mereka sendiri atau tak jarang juga untuk menutupi kebutuhan keluarga  Di jalanan, mereka dengan gampang bisa memperoleh uang, yang biasanya minimum mencapai Rp. 20.000 per hari. Berarti dalam sebulan mereka bisa memperoleh paling tidak Rp. 600.000. Jumlah ini tentu saja relatif cukup besar bagi seorang anak di bawah umur 18 tahun dan hidup di jalanan.


2. faktor sosiologi atau dalam hal ini lingkup sosial yang paling kecil terlibat adalah  keluarga. Kondisi keluarga yang tidak kondusif bagi perkembangan si anak, misalnya orangtua yang kurang perhatian kepada anak-anaknya, tidak ada kasih sayang dalam keluarga, diacuhkan dan banyak tekanan dalam keluarga.Maka Jalanan menjadi tempat pelampiasan emosional anak.

Lingkup sosial berikutnya adalah teman. Pada kondisi anak-anak hingga peralihan dewasa, teman adalah hal yang paling berpengaruh pada kepribadian seorang anak. Tanpa adanya pemikiran panjang  dan atas nama solidaritas maka seorang anak cenderung  dengan mudah menuruti  pola pikir teman sebayanya.