6/19/2011

****

Ketika aku bertanya pada bulan mengenai kelembutan cahayanya

Aku mendapatkan jawabannya

Tapi siang mengintai malam

Cahaya Lembut bulan terganti oleh bintang besar yang kubenci

Aku jadi lupa apa yang diajarkan bulan malam kemarin.

6/09/2011

Ouch…stop global Warming

image

A CUP OF TEA AND THE STATICIAN (PROLOG)

Apa yang terfikir di benakmu ketika mendengar kata statistisi? tak ada hal apa-apa di dalam otakku dulu ketika memilih menaruh cita-citaku pada profesi itu. Yang kutahu, statististika adalah saudara dekat matematika, karena di kampusku yang dulu kedua jurusan itu bersebelahan, tak hanya itu, kami berbagi ruang kelas yang sama lebih tepatnya.

Benar-benar kosong dalam pikiranku, yang kupikirkan hanya kuliah yang dijamin kerja (setelah itu title PNS akan pekerjaanku, profesi yang paling aman di negara ini bagi orang awam adalah PNS, kerja, digaji pemerintah, setelah resign mendapat dana pensiun, selesai. Tak perlu pontang-panting membuat CV yang terlihat OK untuk melamar kerja), uang ikatan dinas perbulan (Ayeiy…aku punya pemasukan bulanan sendiri, paling tidak bisa belajar untuk mengatur keuangan dan tak selalu bergantung pada orang tua), dan impian sekolah di luar kota yang selama ini selalu kuucapkan pada Allah ketika berdoa (Thanks Allah…dreamz comes true) and..once more dapat izin pake jilbab (Hei ini perjuangan saudara, sepertinya pengorbanan batin dan fisik selama tiga tahun terjawab dalam waktu yang tepat, next story janji akan bahas cerita ini lebih detil) the last terbebas dari jurusan matematika.

Now?, ternyata  untuk mendapatkan hal yang indah memang harus berjuang keras. Untuk bisa mendapat fasilitas ala PNS ternyata pembentukannya telah menyita segala aspek, dan yang paling kerasa adalah batin.

Pernah banget ngerasa salah jurusan setelah dua semester kuliah, apaan sih ini?, pikirku. Harus paham hal-hal yang mungkin tak masuk akal seperti menguraikan rumus varian yang sudah diturunkan atau menghafal konsep-konsep yang sudah baku.  Fatalnya lagi berakibat stress berkepanjangan dan menyesali keputusan pindah kampus. Apapun itu kalo ditelusuri baik-baik banyak hal yang luar biasa mengelilingi kepahitan tersebut. Cheer up and..sruupuuut, biarkan teh  panas yang ada di hadapanmu itu menjadi hangat secara perlahan, jangan tergesagesa dinikmati. Rasakan aroma tehnya sampai mempengaruhi otakmu untuk menstimulasi endorfin. Baru cicipi sedikit demi sedikit rasa khas tehnya.

Di pendar-pendar pulau Bulan*

Senja kala mengantar pancarona hening dalam peraduannya
Ombak selaba terpecah kecil-kecil di pinggiran pantai
Halus merdu bermain Rukun dengan kerikil

Nyaman bersandar di pulau Bulan
Angin menjaga sekalian pulau ini seperti menjaga hamparan pulauku
Biar seribu debu menyerang
Angin memerintahkan laut untuk mematahkannya

Jauh di pelupuk Bulanku sayang
ada tujuh belas ribu lebih pulau lebih yang seindah pulau Bulan
Jauh di lengkung langit Bulanku Cinta
ada dua ratus juta orang berbeda bernyanyi Indonesia Pusaka
Jauh di celah-celah birunya Bulanku
ada banyak...banyak hal yang elok melebihi kedipan bintang yang merayu

Ah...aku tak hiraukan auman serigala
Ah...aku juga biarkan mereka tertawa dulu
Aku kaum pengganti kalian
Memperbaiki Pilar baru tapi dan memperkokoh yang usang
Aku yang akan membuat negeriku nyaman untukku dan kalian

*Pulau Bulan terletak di Segitiga Pertumbuhan Sijori, Provinsi Kepulauan Riau, Indonesia